Selamat Datang di Kaji Kisah
Wednesday, December 30, 2015

Hati-hati meniup terompet di malam tahun baru, jangan-jangan kita meniru ritual agama Yahudi

Meniup Terompet (Sumber: KabarMekah.com)

Apa yang khas dari perayaan tahun baru masehi? Ya tiup terompet di mana-mana yang menandakan tahun yang lalu akan berkahir dan digantikan dengan tahun berikutnya. Karena terompet inilah akhirnya banyak sekali para pedagang terompet banjir order terompet dengan keuntungan yang sangat menggiurkan.

Kadang untuk meraup untung yang berlipat, banyak cara dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan tindakan kontradiktif yaitu membuat terompet dari sampul ayat-ayat suci alquran yang akhir-akhir ini sedang marak. Peristiwa ini tentu membuat kita prihatin dan harus terus waspada jangan-jangan terompet yang kita beli terbuat dari sampul alquran.

Ada satu hal yang patut kita tanyakan tentang budaya terompet ini. Seperti apa sejarah terompet tahun baru? Tulisan ini berusaha untuk membahas sejarah singkat sejarah terompet tahun baru yang perlu saudara muslim baca, sehingga kita tidak salah dalam memaknainya.

Kaji Kisah

Seperti dikabarkan dari KabarMekah.com bahwa kebiasaan meniup terompet sebetulnya adalah budaya kaum Yahudi untuk menyambut tahun baru bangsa mereka yang jatuh pada bulan ke tujuh pada sistem penanggalan bulan Tisyri. Dengan berlangsungnya waktu lalu mereka merayakan tahun baru tersebut di bulan Januari sejak berkuasanya bangsa Romawi kuno atas mereka pada tahun 63 Sebelum Masehi. Sejak saat itulah mereka selalu mengikuti kalender Julian yang kemudian dirubah menjadi kalender Masehi alias kalender Gregorian.

Pada malam tahun baru, kaum Yahudi melakukan introspeksi diri dengan tradisi meniup shofar (serunai), yang kemudian dikenal sebagai sebuah alat musik sejenis terompet. Bunyi shofar memang mirip sekali dengan bunyi terompet kertas yang dibunyikan orang-orang Indonesia di malam Tahun Baru saat ini.

Sebenarnya shofar (serunai) sendiri memang merupakan salah satu jenis dari terompet. Dan terompet sendiri diperkirakan sudah ada sejak tahun 1.500 sebelum Masehi. Mulanya, alat musik jenis ini diperuntukkan untuk keperluan ritual agama dan juga digunakan dalam acara militer, biasanya dibunyikan ketika para tentara akan berperang. Kemudian terompet dijadikan sebagai alat musik pada kurun pertengahan Renaissance hingga sekarang.

Pelajaran yang bisa kita ambil

Wahai saudaraku, demikian sepenggal sejarah meniup terompet di tahun baru masehi. Secara khusus bahwa terompet memiliki makna ritual agama tertentu sehingga kita tidak boleh untuk meniru ritual agama tertentu yang berbeda dengan agama kita.

Tidak ada larangan untuk meniup terompet dalam kondisi umum, tetapi jika meniup terompet digunakan untuk meniru ritual agam lain seperti meniup terompet di malam tahun baru yang sengaja untuk meniru ritual agama tertentu, maka ini sesuatu yang dilarang.

Layaknya terompet juga dipakai oleh bangsa Yahudi untuk mengumpulkan manusia saat mereka ingin beribadah dalam sinagoge (tempat ibadah) mereka. Sebagai seorang muslim, marilah kita renungkan minimal dua hadits berikut yang menjelasakan kebenaran akan terompet yang digunakan orang Yahudi dalam ritual agama mereka.

Hadits 1. 

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhu- saat beliau berkata:

"Dulu kaum muslimin ketika datang ke Madinah, mereka berkumpul seraya memperkirakan waktu sholat yang (saat itu) belum di-adzani. Di suatu hari, mereka pun berbincang-bincang tentang hal itu. Sebagian orang diantara mereka berkomentar, Buat saja lonceng seperti lonceng orang-orang Nashoro. Sebagian lagi berkata, Bahkan buat saja terompet seperti terompet kaum Yahudi. Umar pun berkata, Mengapa kalian tak mengutus seseorang untuk memanggil (manusia) untuk sholat. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, Wahai Bilal, bangkitlah lalu panggillah (manusia) untuk sholat (adzan-admin)." (HR. Bukhori dan Muslim)

Hadits 2.

Hadits dari Abu Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah anshor:

"Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai teropet. Nabipun tidak setuju, beliau bersabda, Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi. Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, Itu adalah perilaku Nasrani. Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pulang dalam kondisi memikirkan agar yang dipikirkan Nabi. Dalam tidurnya, beliau diajari cara beradzan." (HR. Abu Daud, shahih)

Masih banyak lagi dalil yang menjelaskan akan kebenaran orang-orang Yahudi yang menggunakan sara terompet untuk ritual agama mereka. Marilah sahabat muslim semua kita tinggalkan kebiasaan yang akan menjauhkan diri kita dari ketaatan kita kepada Allah SWT dan Rosulnya Muhammad SAW. 

Pergantian waktu (tahun) yang merupakan sunatulllah mari kita isi dengan hal-hal positif seperti instropeksi diri terhadap peristiwa masa lalu agar lebih baik di masa yang akan datang, dan target kebaikan akan tercapai di tahun yang baru ini. Amin

0 comments:

Post a Comment

Mohon ikut bantu meng-Share Kisah - Kisah ini untuk Memberi Manfaat kepada yang Lain. Terima kasih

Copyright © 2012 Kaji Kisah All Right Reserved
Designed by Odd Themes
Back To Top